Cerita hari ini bermula ketika kami tiba-tiba menerima sebuah e-mail dari Singapore Management University yang ingin sekali berkunjung ke Sejatidesa, Sumberarum, Moyudan, Sleman untuk belajar mengenai social enterprise. E-mail itu kami terima kurang lebih satu minggu setelah launching website resmi kami. Tentu saja, tawaran itu mendapat sambutan baik dari kami dan warga desa. Warga desa sangat antusias mendengar kabar tersebut. Persiapan kami lakukan kurang lebih selama satu bulan. Mulai dari perencanaan paket wisata yang akan ditawarkan, kegiatan yang siap untuk dilaksanakan, perencanaan teknis, hingga pelaksanaan kegiatan di lapangan kami persiapkan dengan baik.
Meraka adalah sembilan mahasiswa Keio University yang sedang menjalankan short program di Singapore Management University, dua staf dari Lien Centre for Social Innovation dan dua pendamping dari Keio University. Mereka melaksanakan kegiatan selama satu hari di Sejatidesa. Kegiatan di desa dimulai dengan pengenalan Kelompok Sadar Wisata Pelangi Progo yang dipimpin oleh Ketua Pokdarwis Pelangi Progo yaitu Bapak Sutikno. Selanjutnya, kami melakukan sharing session dengan Dreamdelion. Sesi ini dipimpin langsung oleh Alia Noor Anoviar selaku CEO Dreamdelion. Kami banyak membahas mengenai apa itu social enterprise dan apa saja yang telah dilakukan Dreamdelion di Sejatidesa. Kami sangat senang mengetahui bahwa mahasiswa tersebut juga ternyata sedang mempelajari social enterprise sehingga kami pun banyak belajar bersama mereka.
Setelah sesi sharing yang ditemani oleh segelas es dawet dan jajanan pasar, kami menyempatkan mengajak mereka untuk bermain gamelan bersama. Kami bermain gamelan di salah satu rumah warga. Para anak-anak yang sudah ahli memainkan gamelan pun bersemangat untuk ikut mengajari cara bermain gamelan kepada para pengunjung.
Setelah puas bermain gamenlan, kami melanjutkan agenda berikutnya yaitu natural tie dye. Kami berkolaborasi dengan Kotak Si Kuning untuk memperkenalkan natural tie dye kepada mereka. Kami menjelaskan setiap proses yang harus dilakukan untuk membuat natural tie dye. Mereka sangat antusias menjalani setiap proses dalam pembuatan natural tie dye. Agenda ini ditutup dengan berfoto bersama dengan hasil karya tie dye yang telah selesai.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. kami menuju salah satu rumah warga untuk makan siang bersama. Menu makanan yang disediakan adalah gudeg (makanan khas Jogja). Kami menghabiskan waktu makan bersama dan mengakrabkan diri sambil melihat-lihat hasil produk tenun milik warga. Setelah makan siang, kami melanjutkan kegiatan menenun. Mereka dibagi ke dalam dua kelompok untuk mempelajari dan mempraktikkan secara langsung proses menenun dari awal hingga akhir. Awalnya, agak sulit bagi mereka terlihat kesulitan untuk melakukan proses menenun. Tetapi, mereka akhirnya bisa melakukan proses tersebut meski tidak terlalu lancar. Kami mengakhiri kegiatan hari itu dengan sesi kesan dan pesan serta pengumuman juara hasil tie dye terbaik yang telah dipilih oleh warga.
Ini adalah kali pertama warga mendapatkan kunjungan langsung dari. Adanya perbedaan tidak membuat mereka malu atau merasa rendah diri untuk menunjukkan potensi yang dimiliki oleh desa mereka. Baik mahasiswa maupun pendamping sangat terkesan dengan Sejatidesa. Salah satu perwakilan pengunjung bernama Christian mengatakan bahwa suasana di desa itu memberikan ketenangan baginya karena jauh dari riuh kesibukan di negaranya. Ia berpesan, budaya desa yang tradisional jangan sampai hilang karena itulah keunggulan yang dimilik desa tersebut.
Sejatidesa, 25 Februari 2017, bersama kawan-kawan Keio University dan Singapore Management University telah meambah satu lembar kisah dalam catatan harian kami. Masih banyak lembar yang menanti untuk diisi. Kepercayaan, semangat warga, serta ketulusan hati teman-teman untuk ikut mewujudkan mimpi warga Sejatidesa menjadi kekuatan kami untuk kembali menuliskan cerita pada lembar catatan harian kami selanjutnya.
So, We are ready for the next collaboration guys!
Written by: Nabila Aflaha