“Kita melakukan sosial bisnis buat bantu orang, tapi belum tentu konsumen kita punya niat yang sama. We need brand.”
– Paulina Purnomowati (Co-Founder DreamLab Indonesia)
Bagaimana rasanya bila kita dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki kesamaan minat di bidang bisnis sosial? Tidak sampai di situ, kita juga dapat belajar langsung dari para ahli di bidang tersebut. Siapa yang tidak tertarik?
Kesempatan berharga ini didapatkan 15 tim finalis National Competition bersama 13 peserta umum lainnya dalam Academy National Social Business Camp (NSBC) 2014. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 5 dan 6 November 2014 di Rumah Perubahan Rhenald Kasali, Bekasi. NSBC merupakan proyek besar pertama Dreamdelion 2014 yang mengusung tema “Energizing Youth Spirit Through Social Business Era”. Academy merupakan salah satu dari rangkaian acara NSBC 2014 ini.
Academy NSBC ini berbentuk kegiatan berupa training dan workshop mengenai materi dasar mewujudkan bisnis sosial. Materinya adalah elevator pitching, social mapping, social business canvas, fundraising, dan marketing. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan finalis dalam proses penjurian saat pitching. Lima orang trainer handal datang untuk memberikan materi dan menginspirasi para peserta dalam waktu dua hari, yaitu 5 dan 6 November 2014. Sebelumnya, 15 finalis telah diberi tugas yang berkaitan dengan kelima materi ini.
Pada hari pertama, Vikra Ijas (Co-Founder Kitabisa.com) dan Paulina Purnomowati (Co-Founder DreamLab Indonesia) hadir sebagai pemateri. Mereka hadir untuk mengajak para peserta melihat kembali konsep bisnis sosial mereka. Elevator Pitching adalah materi yang dibawakan oleh Vikra Ijas. Pitching sendiri merupakan teknik presentasi yang membuat pendengar menjadi lebih tertarik. Poin terpentingnya adalah memberikan kesan dalam satu menit presentasi agar investor tertarik dengan bisnis yang ditawarkan.
Materi selanjutnya, yang tidak kalah menarik adalah Social Business Canvas. Melalui materi ini, Paulina Purnomowati memperkenalkan istilah BMC atau Business Model Canvas. BMC merupakan rancangan model bisnis yang berisi penjabaran persiapan sebuah usaha yang meliputi 9 elemen, yaitu, customer segments, value proposition, channel, relationship, key activities, key resources, key partner, cost structure, dan revenue. Peserta diberi pelatihan bagaimana membuat BMC yang tepat sasaran agar bisnis dapat berjalan dengan baik dan tersegmentasi.
Pada hari kedua, tiga orang pemateri hadir untuk mengukuhkan langkah bisnis sosial para finalis. Arifin Purwakananta dari Institusi Inovasi Sosial Indonesia, menjelaskan materi Fundraising dalam bisnis sosial. Menurut beliau, ada dua hal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan fundraising, yaitu komunikasi dan kemudahan layanan donasi. Handoko Hendroyono dari doArt dan OneComm Indonesia, menjelaskan bagaimana Marketing dalam bisnis sosial. Salah satu bentuk marketing dari bisnis sosial adalah dengan melakukan kolaborasi, membuat lingkaran pertemanan yang positif untuk berkolaborasi serta membuat proyek bisnis sosial bersama. Sesi terakhir, sekaligus materi terakhir dalam Academy NSBC diisi oleh Ahmad Juwaini, CEO Dompet Dhuafa. Beliau menjelaskan konsep Social Mapping. Di sesi ini, para peserta diminta untuk mengidentifikasi masyarakat di sekitar mereka dan menuliskan ide bisnis sosial untuk mereka. Setelahnya, peserta diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil Social Mapping yang telah dibuat.
Academy NSBC hadir untuk membekali finalis dalam melaksanakan gagasan bisnis sosialnya, sehingga dapat bersaing dengan kompetitor lain. Kemampuan baru yang dimaksudkan adalah pengelolaan sumberdaya, seperti, capital, fundraising dan volunteering. Harapannya, kemampuan ini dapat digunakan sebagai potensi untuk mengembangkan bisnis sosial yang mereka miliki. Melalui Academy NSBC pula, para peserta dapat memperoleh kemampuan baru dalam memasarkan gagasan, produk yang dihasilkan, dan membangun networking kepada pihak eksternal.
Written by: Nisrina Putri