Tahun 2013 adalah tahun di mana saya pertama kali menyandang status sebagai mahasiswa baru. Sebagai mahasiswa baru, tentu saya dan anda juga mungkin tidak ingin hanya berkegiatan di dalam kelas saja. Di hari-hari awal kuliah, organisasi-organisasi intra sangat gencar melakukan promosi kepada mahasiswa baru, entah melalui bazaar, poster, atau ajakan dari orang-orang yang kenal dengan mahasiswa baru. Mahasiswa baru pun berbondong-bondong mendaftar di berbgai macam organisasi baik intra fakultas intra universitas, maupun ekstra kampus. Organisasi yang diikuti pun tak cukup hanya satu. Terkadang seorang mahasiswa baru bisa mngikuti lebih dari satu organisasi.
Saya termasuk orang yang gencar mencari kegiatan di luar kelas. Di tengah perjalanan saya mendaftar dan mengikuti berbagai macam organisasi, saya menemukan satu hal menarik. Melalui teman saya, saya diajak untuk bergabung dengan salah satu komunitas yang cukup baru di Yogyakarta. Ya, komunitas itu adalah Dreamdelion. Pertama kali melihat pengumuman open recruitment Dreamdelion, saya langsung tertarik. Jujur, saya langsung tertarik dengan komunitas ini karena namanya yang unik. Setelah menulusuri sedikit mengenai seluk-beluk kegiatan kmunitas ini di Yogyakarta, saya menjadi lebih tertarik lagi. Bersama beberapa teman saya dari fakultas yang sama, kami mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari Dreamdelion.
Rangkaian open recruitment.nya pun berbeda dengan organisasi yang lain. Setelah mendaftar, beberapa hari kemudian langsung diadakan gathering pertama untuk berkunjung ke desa binaan Dreamdelion. Dreamdelion adalah komunitas yang memberdayakan masyarakat di Sejatidesa, salah satu desa yang terletak di Moyudan yang memiliki potensi kebudayaan yang luar biasa. Potensi kebudayaan tersebut adalah tenun.
Setalah berkunjung ke desa dan diperlihatkan potensi-potensi desa yang ada, rangkaian open recruitment selanjutnya adalah membuat social project. Karena Dreamdelion adalah komunitas yang memberdayakan masyarakat sebagai salah satu elemen lingkungan sosial, maka calon anggota Dreamdelion harus terbiasa dengan kegiatan-kegiatan sosial. Dalam tahapan seleksi ini, mulai terlihat calon-calon anggota yang benar-benar memiliki niat untuk terjun ke dunia relawan sosial.
Proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi klegiatan social project berjalan selama kurang lebih tiga bulan. Setelah melakukan tahapan ini, calon anggota Dreamdelion kemudian dipanggil untuk melakukan wawancara. Hanya beberapa orang tersisa yang memenuhi panggilan wawancara tersebut. Pengumuman penerimaan anggota dilakukan beberapa minggu setelah wawancara selesai.
Saya diterima sebagai anggota tim produksi bagian kreatif bersama teman satu fakultas saya. Dalam perjalanan saya menjadi anggota tim produksi, saya belajar banyak hal.mulai dari proses menenun, cara menjahit produk, cara mengoperasikan mesin jahit, cara membuat pola, cara menjadi trainer dalam berbagai pelatihan kelas craft yang beberapa kali kami laksanakan. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak dalam melaksanakan pelatihan-pelatihan craft. Salah satunya adalah House of Lawe.
Selain berbagai macam ilmu mengenai craft, selama dua tahun bergabung dengan komunitas ini saya banyak belajar bahwa menanamkan komitmen untuk terjun di masyarakat bukanlah hal yang mudah akan tetapi, hanya komitmen yang mampu mendorong saya untuk tetap menghadirkan diri dalam lingkungan masyarakat hingga saat ini.
Written by: Nabila Hajar Aflaha