Dreamdelion

EnglishIndonesian
EnglishIndonesian

Menilik Keindahan Pembuatan Stagen Desa Sumberanum Lebih Dekat

“Di desa ini, semua perempuan menenun apabila ada waktu senggang,” ujar ibu salah satu penenun stagen di dusun Sejatidesa, desa Sumberanum. Kisah yang dimulai pada pertengahan 2013 antara Dreamdelion dan masyarakat desa Sumberanum kini masih berlanjut. Meskipun pada awalnya, masyarakat setempat pernah merasa skeptis dan khawatir apabila kedatangan Dreamdelion hanya beberapa bulan kemudian terhenti. Masyarakat setempat masih khawatir akan pengalaman tersebut.

Perjalanan Dreamdelion dengan masyarakat desa Sumberanum pun sudah menjajaki tiga tahun. Selama tiga tahun tersebut, sudah beratus-ratus kain stagen yang diproduksi masyarakat Sumberanum. Awalnya, kain stagen yang diproduksi masih didominasi warna gelap, seperti hitam dan biru tua. Kini, produksi stagen yang menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM), sudah mampu menginovasikan kain stagen menjadi warna yang lebih kreatif. Bahkan, setelah melakukan internalisasi, hearing, dan sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan Dreamdelion, masyarakat mampu menghasilkan kain tenun yang ikonis yang dikenal dengan rainbow weave, jenis kain tenun stagen yang memiliki warna yang menyerupai pelangi.

Proses penenunan stagen terbilang tidak mudah. Ada beberapa tahap persiapan sebelum benang-benangnya siap ditenun. Di awal pengerjaan, ibu-ibu penenun perlu mempersiapkan benang stagen yang disebut lawe, benang untuk pembuatan stagen yang masih mentah. Lawe ini belum berwarna-warni, masih merupakan benang dengan warna putih seperti gading. Untuk membuat benang ini memiliki warna-warna yang indah, ibu-ibu penenun perlu merendamkan lawe ini ke dalam cairan pewarna yang masih panas. Setelah itu, lawe harus dikeringkan dengan dijemur, dan siap untuk masuk tahap selanjutnya.

Selanjutnya setelah mendapatkan benang yang berwarna-warni, ibu-ibu penenun perlu melakukan sekir. Sekir adalah penataan ratusan benang yang berwarna-warni untuk kemudian membentuk pola yang diinginkan. Untuk mencapai pola kain tenun stagen yang sempurna, tahapan sekir ini memerlukan waktu yang panjang, ketelatenan, dan kesabaran yang tinggi. Selain itu, tahapan sekir ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, perlu penenun ahli untuk melakukannya

“Jika akan menenun stagen bermotif, proses sekir ini lebih rumit. Sebanyak 350 helai benang dengan beberapa warna harus ditata menggunakan pola tertentu agar menghasilkan motif yang diinginkan,” ujar Sumirah, salah satu penenun kain stagen di dusun Sejatidesa.

Kain kain tenun stagen hasil produksi masyarakat desa Sumberanum ini mampu menghasilkan 15 sampai 20 meter dengan lebar 14,5 cm. Adapun kain stagen yang dihasilkan adalah kain stagen polos dan kain stagen motif. Untuk kain stagen polos dengan panjang 9,5 meter diberi harga Rp 17 ribu sampai Rp 20 ribu, sedangkan untuk kain stagen bermotif diberi harga per meter Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu.

Kini, produk-produk kain stagen dapat dinikmati dengan berbagai inovasi. Bekerjasama dengan House of Lawe, kain stagen buatan desa Sumberanum disulap menjadi produk Daisy Pouch, Tera Bag, Lola Bag, dan Nit-nit Pouch. Untuk menikmati kain stagen dalam bentuk baju tenun, Dreamdelion juga bekerjasama dengan Oemah Etnik.

Written by: Leovita A | Photo by: Ratna Ayu

× Mari berkolaborasi!
Share via
Copy link
Powered by Social Snap